Adverse Drug Reaction (ADR) atau reaksi obat yang merugikan
merupakan masalah besar dalam sistem kesehatan global, dimana
menyebabkan peningkatan morbiditas dan mortalitas. Sistem farmakovigilans
diterapkan untuk memantau, mendeteksi, dan mencegah terjadinya efek samping
obat yang tidak diinginkan. Rendahnya tingkat pelaporan ADR di Indonesia
sebagian besar disebabkan oleh kurangnya pemahaman terhadap pengetahuan
farmakovigilans, sehingga sangat diperlukannya peningkatan kualitas dan
kuantitas pelaporan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara
pengetahuan tenaga kefarmasian tentang farmakovigilans terhadap kepatuhan
pelaporan ADR di RSJD Dr. Amino Gondohutomo.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif non eksperimental dengan
pendekatan cross sectional dan teknik pengumpulan data berupa survey
menggunakan kuesioner yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Populasi
dan sampel dalam penelitian ini adalah tenaga kefarmasian sebanyak 32 orang
meliputi 8 apoteker dan 24 tenaga vokasi farmasi yang ada di RSJD Dr. Amino
Gondohutomo. Analisis data menggunakan uji Fisher’s Exact Test karena tidak
memenuhi ketentuan dari uji chi-Square.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki
tingkat pengetahuan baik (72%) dan tingkat kepatuhan baik dalam pelaporan
ADR (63%). Berdasarkan hasil uji hubungan antara kedua variabel diperoleh nilai
p=0,001 (p< 0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara tingkat pengetahuan tenaga kefarmasian tentang
farmakovigilans terhadap kepatuhan mereka dalam melaporkan ADR.
Kata kunci: Pengetahuan, Tenaga Kefarmasian, Farmakovigilans, Kepatuhan,
ADR.