Jerawat adalah penyakit kulit karena adanya penumpukan minyak yang
dapat menyebabkan pori-pori kulit wajah tersumbat sehingga memicu aktivitas
bakteri dan peradangan pada kulit. Kayu secang (Caesalpinia sappan L.)
mengandung metabolit sekunder seperti terpenoid, tanin, flavonoid dan fenolik
yang berpotensi sebagai antibakteri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh perbedaan fraksi kayu secang terhadap aktivitas antibakteri, untuk
mengetahui senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada masing-masing
fraksi serta untuk mengetahui fraksi kayu secang yang paling aktif dalam
menghambat bakteri Propionibacterium acnes dan Staphylococcus Epidermidis.
Penelitian ini akan dilakukan secara eksperimental. Ekstrak kayu secang
diperoleh menggunakan metode remaserasi dengan pelarut etanol 70% selama
3x24 jam. Fraksi kayu secang diperoleh dari hasil proses fraksinasi menggunakan
pelarut n-heksana, etil asetat dan air. Kontrol kualitas yang dilakukan meliputi uji
organoleptis, susut pengeringan, rendemen, skrining fitokimia dan uji bebas
etanol. Uji aktivitas antibakteri fraksi kayu secang terhadap P. acnes dan Staph.
epidermidis menggunakan media MHA (Mueller Hinton Agar) dengan kontrol
positif clindamycin dan kontrol negatif DMSO 10% waktu inkubasi 1x24 jam
menggunakan metode difusi cakram. Analisis data menggunakan SPSS uji
Kruskal-Wallis dilanjutkan uji Man-Whitney terhadap zona hambat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kayu secang mengandung senyawa
alkaloid, fenolik, flavonoid, tanin, terpenoid dan steroid. Zona hambat paling aktif
terdapat pada fraksi etil asetat diikuti oleh fraksi air kemudian fraksi n-heksana.
Hasil uji Kruskal-Wallis menunjukkan bahwa terdapat perbedaan aktivitas
antibakteri pada konsentrasi 4,5% dengan konsentrasi 1,5% dan 3% terhadap
Propionibacterium acnes dan Staphylococcus epidermidis.
Kata kunci : Zona Hambat, Antibakteri, Caesalpinia sappan L., Fraksinasi,
Difusi Cakram